Jumat, 12 Desember 2008

BERHENTI BERKICAU

BERHENTI BERKICAU Pujangga… Berhentilah merangkai kata. Jangan lena dengan pelangi indahmu. Memuji meski hambar. Mereka butuh sentuhan. Mereka butuh kau rangkul. Mereka butuh punda untuk bersandar. Penyair. Berhentilah beretorika. Dengan seribu janji-janji bisu. Dengan seribu kepedulian palsu. Sekarang waktunya bakti. Kepedulian dan perhatian. Bukan sekedar basa-basi kata. Waktu kian redup. Cahaya kian gulita. Mereka bukan mayat. Yang hanya menanti liang lahat. Kau kubur dalam sekejap. Lalu lega kalian rasa. Pejabat. Luangkan sebongkah waktu Lirik susah mereka. Sambut jerit mereka. Seperti sebelum kau naik tahta. (diawal bulan desember diakhir tahun 2008)

MEREKA

Bangun. Bangkitlah jiwa-jiwa yang tidur. Lihat mereka. Hibur mereka. Rangkul mereka. Dia manusia. Hatinya terluka. Jiwanya tercabik. Semangat padam. Saya. Kalian. Kita Wujudkan pita peduli itu. Mata mereka adalah kita. Tangan mereka adalah kita. Sandaran mereka adalah kita. Mereka masih hidup. Mereka masih berjuang. Bersama cinta yang kita beri. Mereka lawan sang durjana. (Diawal bulan desember ditahun 2008)

Senin, 08 Desember 2008

PENGAKUAN

Betapa kaku lidah ini. Sekedar menguntai lafas-lafas Ilahi. Menyanjung makna sang pencipta. Diatas altas yang tertinggi. Ya Tuhan. Diriku hamba yang bodoh. Terbawa arus kekhilafan. Terlarung di samudra angkara. Karang bersama buai yang membius. Aku salah. Diriku bergelimang maksiat. Akankah air suci membasuh. Membuatku bersih laksana malaikat. Hanya doa-doa kering. Tiada lelah kulantunkan. Tiada bosan kuucapkan. Berharap ampunan sang pencipta.

HARAPAN SANG HAMBA

Malam. Dekap aku dalam simfoni senyap. Iringi detak resah hatiku. Saksikan tangis beku jiwa ini. Diatas sajadah sujud. Kulabuhkan hati yang gersang. Menatap kuasaMu ya ilahi. Berharap ampunan bersemi dan abadi. Hatiku bergelimang dosa. Ragaku kelam berselaput noda. Lumpur maksiat memercik buas. Menutup cahya Ilahi yang menujuku. Sambut ulurku ya Ilahi. Masihkah maafMu bisa kugapai. Adakah sejengkal cahya yang memerah. Untuk hambaMu yang dulu hilang. Bisa lepas dari perangkap labirin nafsu.

Rabu, 03 Desember 2008

SEMANGAT

Lihat kawan. Matahari mengintip dibalik celah. Membawa terang. Membawa hangat. Mengusir kebekuan yang lama menggelayut. Bangkitlah. Kobarkan semangat bajamu. Lawan ketakutanmu. Songsong waktu yang berharga. Sedetik adalah abadi. Buktikan. Umurmu bukanlah urutan bilangan. Terbatas oleh angka-angka ilusi. Kau abadi dalam bakti. Kau menang dalam semangat. Berjuanglah. Kobarkan bara semangat itu Sulut jiwa-jiwa yang kering. Bangkitkan nuranimu. Kemenangan telah mengufuk. (Makassar.2 desember 2008)

ANGAKARA HIV

Mata itu! Menatap nanar dalam kekosongan. Menghitung hari-hari berlalu. Berbalut duka. Dalam temaram angkara. Tubuh itu. Sepah ditinggal daging. Kering berbalut kulit rapuh. Berteman kasur nan lusuh. Penopang raga yang ambigu. Ah….. Mahkluk itu terus mengganyang. Tiada hati tiada asih. Memangsa raga yang kian lusuh. Kering. Usang. Lalu mati menanti sorak-sorak. Orang-orang awam yang ta peduli. (Makassar. 1 Desember 2008)